Mata manusia dirancang selalu berkedip setiap beberapa waktu yang
berfungsi untuk meratakan air mata yang kaya oksigen ke seluruh
permukaan mata. Untuk apa? tentu saja untuk menghalau kotoran yang ada
di bola mata terutama bagian kornea.
Rupanya frekuensi seseorang berkedip juga bervariasi, sebagian besar
dipengaruhi oleh usia. Kelenjar air mata pada orang lebih tua akan
berkurang kinerjanya, sehingga bola mata menjadi lebih cepat kering.
Akibatnya, mereka berkedip dengan lebih sering. Sebaliknya, bayi
berkedip lebih jarang karena mereka menghabiskan lebih banyak waktu
untuk tidur, sehingga kondisi kelembaban bola mata tetap terjaga.
Selain itu, ada lag fakta unik lainnya seputar kedipan mata. Apa sajakah?
1. Perempuan bisa mengatur waktu berkedip
Dugaan bahwa perempuan lebih sering berkedip daripada pria ternyata
sulit dibuktikan dengan fakta ilmiah. Tetapi kenyataannya, perempuan
berkedip dua kali lipat lebih banyak dibanding pria. Jumlah kedipan
setiap orang berbeda-beda tiap menitnya.
Namun, rata-rata kita berkedip 15 kali setiap 4 detik. Jumlah kedipan
ini akan meningkat ketika seseorang dalam suasana cemas, gelisah, dan
lelah.
Seperti yang dikutip dari Men’s Health para peneliti menyebutkan bahwa
perempuan yang tengah mengonsumsi pil kontrasepsi akan berkedip 32
persen lebih sering daripada mereka yang tidak mengonsumsinya.
2. Kedipan menginspirasi terciptanya sistem wiper
Ternyata frekuensi mata manusia yang berkedip setiap detik menginspirasi
Robert Kearns, untuk menciptakan wiper pada kaca depan mobil. Ide
tentang wiper ini terjadi pada malam pernikahannya di tahun 1953, ketika
sumbat botol champagne terpental ke mata kirinya.
Insiden itu menyebabkan ia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan tak
beraturan. Ia berkesimpulan bahwa mekanisme kerja wiper pada kaca depan
mobil mirip seperti kedipan mata manusia.
3. Bayi jarang berkedip
Sampai saat ini belum ada yang peneliti yang bisa menjelaskan mengapa
bayi jarang berkedip dibandingkan orang dewasa. Bayi berkedip hanya dua
kali atau kurang per menit nya. Namun, frekuensi kedipan ini akan
semakin bertambah sering seiring dengan pertumbuhannya.
Namun, kedipan “normal” akan mulai didapatkan ketika anak sudah berusia
14-15 tahun. Teorinya, bayi lebih jarang berkedip karena mereka lebih
banyak menghabiskan waktu untuk tidur, sehingga bayi tidak perlu
“melumasi” matanya sesering orang dewasa.
4. Kedipan dipengaruhi kondisi
Frekuensi kedipan seseorang ternyata juga dipengaruhi oleh kondisi dan
lingkungan sekitarnya. Misalnya, ketika mendapatkan informasi penting,
biasanya kita jarang berkedip, atau sebaliknya.
Pilot pesawat Angkatan Udara Amerika dalam simulasi terbangnya akan
berkedip lebih sering ketika berada di zona aman, dibandingkan ketika
berada dalam zona musuh. Hal ini dipicu rasa takut akan kurangnya
informasi yang diperoleh di tempat musuh.
Dr John Stern, profesor emeritus di bidang psikologi dari Washington
University, mengatakan bahwa George W. Bush berkedip lebih cepat saat
mendapat serangan dari lawan politiknya, John Kerry, dalam debat
kepresidenannya yang pertama tahun 2004. Kerry, yang lebih jarang
berkedip, akhirnya memenangkan debat tersebut.
5. Hewan pun berkedip
Seperti manusia, ternyata hewan pun berkedip, kecuali hewan-hewan
seperti ikan, ular, dan binatang lainnya yang tidak memiliki kelopak
mata. Ada pula beberapa hewan lain seperti hamster yang berkedip hanya
dengan satu mata. Tahun 1927, WP Blount menerbitkan sebuah buku tentang
hewan yang berkedip, Studies of the Movements of the Eyelids of Animals:
Blinking.
Di buku ini, Blount menemukan bahwa monyet Sudan berkedip sangat sering,
tikus berkedip ketika bersin, dan kambing berkedip dengan jeda 30-60
detik.
Monday, August 26, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment